Sejarah Kebaya, Kebaya Baju Ideal Wanita Indonesia, Ikhtisar Lintasan Sejarah Kebaya
Kebaya merupakan salah satu jenis busana yang dianggap paling ideal dengan konsep femininitas dalam citra keanggunan perempuan Indonesia. Kebaya bahkan pernah dipilih sebagai kostum nasional oleh pemerintahan presiden Soekamo di tahun 1940-an. Waktu itu kebaya sebagai busana identitas bagi nilai tradisional yang menjadi bagian utama bagi kepribadian perempuan Indonesia.
Kebaya juga pernah menjadi lambang emansipasi perempuan Indonesia melalui representasi yang menghubungkan kebaya dengan tokoh kebangkitan perempuan Indonesia, yaitu Raden Ajeng Kartini. Dalam setiap acara peringatan hari Kartini yang dilaksanakan setiap tahun pada tanggal 21 April, para siswi, remaja putri, dan ibu-ibu tampil khusus dengan mengenakan berbusana tradisional.Salah satu di antaranya adalah kebaya.
Dalam kehidupan saat ini, kebaya masih banyak dikenakan sebagai busana sehari-hari kaum ibu di berbagai wilayah pedesaan Jawa dan Bali. Sedangkan di wilayah perkotaan di Jawa, kebaya dikenakan sehari-hari oleh para ibu yang usianya menjelang senja. Namun, para perempuan kota yang berusia muda akan memakai kebaya sebagai busana formal pada setiap acara resmi, seperti pernikahan, berbagai resepsi atau acara sosial lainnya.
SEJARAH KEBAYA
Sejarah kebaya dimulai dari baju yang sering dipakai oleh wanita Melayu. Ada dua teori tentang asal baju kebaya. Satu mengatakan perkataan kebaya itu berasal dari perkataan Arab habaya yang artinya pakaian labuh yang memiliki belahan di depan. Satu lagi pendapat yang mengatakan pakaian ini dibawa oleh orang Portugis ke Malaka maka kebaya telah lama dipakai di Malaka. Bukan oleh perempuan Melayu saja, tetapi juga dikenakan oleh perempuan Cina peranakan dengan sedikit perbedaan dalam potongan dan gaya memakainya. Kebaya perempuan Cina inilah yang di kemudian hari dikenal dengan kebaya encim.
Kata kebaya sendiri berasa dari koba (bahasa Arab) yang berarti pakaian. Budayawan Perancis Denys Lombard, menuturkan bahwa munculnya istilah kebaya di Indonesia diperkenalkan oleh bangsa Portugis yang kebudayaannya mengalami perpaduan antara budaya Eropa dan Arab.
Penyebaran agama Islam di Indonesia diduga mempunyai pengaruh kuat pada perkembangan kebaya sebagai busana perempuan Indonesia, Sebelumnya perempuan Indonesia di daerah Jawa, Bali atau Sumatera, tampil sehari-hari mengenakan busana sejenis kemben tanpa atasan apa pun. Maka kebaya sederhana yang muncul pada saat itu (berupa kain tunik panjang) dianggap ideal sebagai baju atasan karena menutupi bagian dada perempuan yang sebelumnya dibiarkan terbuka beg itu saja.
Baju kebaya memiliki peran penting bagi masyarakat Indonesia sejak zaman dahulu. Salah satu contohnya adalah pada masa penjajahan Belanda di Indonesia. Saat itu penggunakan baju kebaya bahkan diterapkan menurut kelas sosial masyarakatnya. Keluarga keraton dan para bangsawan mengenakan kebaya yang terbuat dari bahan sutera. beludru, atau brokat.
Adapun perempuan Belanda atau keturunan Indo mengenakan kebaya yang terbuat dari bahan katun dengan bentuk dan potongan yang lebih pendek. Orang-orang keturunan Eropa lainnya yang berdiam di Indonesia waktu itu juga mengenakan baju kebaya berbahan katun halus dengan hiasan brokat di pinggirnya. Sedangkan perempuan dari kalangan rakyat biasa pada umumnya memakai kebaya dari bahan katun atau tenun biasa yang murah harganya.
Sekitar pertengahan abad ke 18, kebiasaan membuat baju kebaya yang biasanya dilakukan oleh perempuan Jawa priyayim mulai menyebar di kalangan perempuan Indo Belanda. Mereka membuat kebaya untuk dijual dan dikenakan oleh perempuan Indo lainnya yang berdiam di Pulau Jawa.
Pada masa itu, ada dua jenis kebaya yang banyak dikenakan masyarakat, yaitu kebaya encim dan kebaya pulu baru (kebaya nyonya) adalah jenis kebaya yang dipakai oleh perempuan keturunan Cina, yang biasanya dihiasi dengan sulaman dan bordiran. Adapun kebaya pulu baru adalah kebaya bergaya tunik pendek berwarna-warni dengan motif yang cantik. Panjang kebaya putu baru tadinya mencapai mata kaki perempuan pemakainya, tetapi mengalami perkembangan sesuai zamannya. semisal panjangnya berkurang sesuai anggapan bentuk pemakaian yang ideal (di bawah pinggul).
Dengan bermulanya era penjajahan jepang di Indonesia, kebaya mulai menurun popularitasnya. Kemelut sosial pada masa sekiiar perang dunia II int membuat jalur perdagangan tekstil terputus sehingga jumlah pembuatan baju kebaya menurun
tajam. Apalagi pemerintah kolonial Jepang kemudian menggunakan kebaya sebagai seragam bagi perempuan Indo yang ditahan di berbagai camp tawanan perang.
KEBAYA BAJU IDEAL WANITA INDONESIA
Baru pada masa kemerdekaan Indonesia baju kebaya kembali meraih posisinya sebagai baju ideal perempuan kita. Pada masa ini. kebaya dianggap sebagai busana nasional yang pantas dikenakan sesuai dengan kepribadian perempuan Indonesia. Kebaya tidak saja menjadi baju sehari-hari. tetapi juga dikenakan pada berbagai acara seremonial dan berbagai acara sosial pemerintahan yang dianggap resmi.
Masyarakat di Jawa Tengah, khususnya di Surakarta (Solo) fungsi pakaian cukup beragam. Pada masyarakat bangsawan pakaian mempunyai fungsi praktis. estetis, religius. sosial, dan simbolik. Seperti kain kebaya, fungsi praktisnya adalah untuk menjaga kehangatan dan kesehatan badan. Adapun fungsi estetisnya adalah menghias tubuh agar kelihatan lebih cantik dan menarik. Fungsi sosial sendiri adalah belajar menjaga kehormatan diri seorang wanita agar tidak mudah menyerahkan kewanitaannya dengan cara berpakaian serapat dan serapi mungkin, serta memakai stagen yang kuat agar tidak mudah lepas.
Adapun tentang jenis busana dan kelengkapannya yang biasa dipakai oleh kalangan wanita Jawa, terutama di lingkungan budaya Yogyakarta dan Surakarta adalah baju kebaya, kemben. dan kain tapih pinjung yang diikat dengan
stagen. Baju kebaya dikenakan oleh kalangan wanita bangsawan maupun kalangan rakyat biasa, baik sebagai busana sehari-hari maupun pakaian upacara.
Dewasa ini, baju kebaya pada umumnya hanya dipakai pada hari-hari tertentu saja, seperti pada upacara adat. Baju kebaya di sini adalah berupa blus berlengan panjang yang dipakai di Iuar kain panjang bercorak atau sarung yang menutupi bagian bawah dari badan (dari mata kaki sampai pinggang). Panjang kebaya bervariasi, mulai dari yang berukuran di sekitar pinggul atas sampai dengan ukuran yang di atas lutut. Oleh karena itu, wanita Jawa mengena! dua macam kebaya, yaitu kebaya pendek (yang berukuran sampai pinggul) dan kebaya panjang (yang berukuran sampai ke lutut).
Kebaya pendek dapat dibuat dari berbagai jenis bahan katun, baik yang polos dengan salah satu warna seperti merah, putih, kuning, hijau, biru, dan sebagainya, maupun bahan katun yang berbunga atau bersulam. Saat ini, kebaya pendek dapat dibuat dari bahan sutera, kain brokat, nilon, lurik atau bahan-bahan sintetis. Sedangkan. kebaya panjang lebih banyak menggunakan bahan beludru, brokat, sutera yang berbunga maupun niton yang bersulam. Kalangan wanita di Jawa, biasanya baju kebaya mereka diberi tambahan bahan berbentuk persegi panjang di .bagian depan yang berfungsi sebagai penyambung.
Baju kebaya dipakai dengan kain smjang atau jarik di mana pada bagian depan sebelah kiri dibuat wiron (lipatan) yang dililitkan dari kiri ke kanan. Untuk menutupi stagen digunakan selendang
pelangi dari tenun ikat celup yang berwarna cerah. Selendang yang dipakai tersebut sebaiknya terbuat dari batik, kain lurik yang serasi atau kain ikat celup. Selain kain lurik, dapat juga memakai kain gaberdine yang bercorak kotak-kotak halus dengan kombinasi warna hijau tua dengan hitam, ungu dengan hitam, biru sedang dengan hitam, kuning tua dengan hitam, dan merah bata dengan hitam. Kelengkapan perhiasan dapat dipakai yang sederhana berupa wbang kecil dengan kalung dan liontin yang serasi, cincin, gelang dan sepasang tusuk konde pada sanggul.
Sekarang ini, baju kebaya panjang sering dipakai untuk upacara perkawinan, seperti mempelai wanita Sunda, Bali, dan Madura. Panjang baju kebaya ini sampai ke lutut dan dapat memakai bahan tambahan di bagian muka yang tidak berlengkung leher (krah).
Pada umumnya kebaya panjang terbuat dari kain beludru hitam atau merah tua, yang dihiasi pita emas di tepi pinggiran baju. Kain jarik batik yang berlipat {wiron) tetap diperlukan untuk pakaian ini, tetapi biasanya tanpa memakai setendang. Sanggulnya dihiasi dengan untaian bunga melati dan tusuk konde dari emas. Adapun perhiasan yang dipakai juga sederhana, yaitu sebuah sisir berbentuk hampir setengah lingkaran yang dipakai di sebelah depan pusat kepala. Baju kebaya panjang yang dipakai sebagai busana upacara biasa, maka lata rias rambutnya tanpa untaian bunga melati dan tusuk konde.
Salah satu jenis busana pengantin adat yang terindah dan terlengkap di Indonesia terdapat di keraton Surakarta, Jawa Tengah. Tiap-tiap jenis
busana tersebut menunjukkan tahapan-tahapan tertentu dan menentukan siapa si pemakaiannya. Dalam adat busana perkawinan misalnya, seorang wanita dan pria kalangan keraton mengenakan beberapa jenis busana yang disesuaikan dengan t aha pan upacara, yaitu midodareni, ijab, panggih, dan sesudah upacara panggih. Pada upacara midodareni, pengantin wanita memakai busana kejawen dengan warna sawitan. Busana sawitan terdiri dari kebaya lengan panjang, sfogen, dan kain jarik bercorak batik. Adapun pengantin pria memakai busana cara Jawt Jangkep yang terdiri dari baju atela, udeng. sikepan. sabuk timang, kain jarik, keris, dan selop.
Saat upacara ijab, busana yang dipakai pengantin wanita adalah baju kebaya dan kain jarik, sedangkan pengantin pria memakai busana basahan. Busana basahan terdiri dari kuiuk matak petak. dodot bangun tulak. stagen, sabuk lengkap dengan timang dan cinde. celana panjang warna putih, keris warangka ladrang, dan selop.
Begitu pula pada upacara panggih kedua mempelai memakai jenis busana yang sudah ditetapkan. Pengantin wanita memakai busana adat bersama basahan. Busana basahan tidak memakai baju, melainkan terdiri dari semekan atau kemben, dodot bangun tulak atau kampuh, sampur atau selendang sekar cinde abrit, dan kain jarik cinde sekar merah. Kemben terbuat dari kain batik dengan corak alas-alasan warna dasar hijau atau biru dengan hiasan kuning emas atau putih. Kemben di sini berfungsi sebagai pengganti baju dan pelengkap untuk menutupi tubuh bagian dada.
Kain dodot yang menggunakan corak batik alas-alasan panjangnya kifa-kira 4-5 meter dan merupakan baju pokok dalam busana basahan. Selendang cinde sekar abrit terbuat dari kain warna dasar merah dengan corak bunga hitam dan kain jarik cinde sekar abrit terbuat dari kain gloyar, warna dasar merah yang dihiasi bunga berwarna hitam dan putih. Cara mengenakan kain ini seperti kain jarik. tetapi tidak ada lipatan. Sama halnya dengan pengantin wanita, pengantin pria pun memakai busana adat basahan berupa dodot bangun tulak yang terdiri dari kuluk matak biru muda, stagen, sabuk timang, epek, celana cinde sekar abrit, keris warangka ladrang, kolong karis. selop, dan perhiasan kalung ulur.
Berbeda dengan tahapan upacara sebelumnya. pada upacara setelah panggih, pengantin wanita memakai busana kanigaran, yaitu terdiri dari baju kebaya, kain jarik, stagen, dan selop. Adapun pengantin pria menggunakan busana kepangeranan yang terdiri dari kuluk kanigoro, stagen, baju takwo, sabuk timang, keris warangka ladrang, dan selop.
Di masa pemerintahan orde baru, kebaya kembali menurun popularitasnya. Salah satu yang dianggap sebagai penyebabnya adalah kebijakan pemerintah orde baru yang berusaha 'menghapuskan' kebiasaan yang terjadi pada pemerintahan Presiden Soekarno (orde lama) yang menjadi kan kebaya sebagai busana nasional perempuan Indonesia. Pada masa orde baru, perempuan pekerja kita tidak dianjurkan untuk mengenakan kebaya lagi. Pemakaian kebaya hanya dilakukan pada saat dan peristiwa tertentu oleh organisasi perempuan Dharma Wanita.
Di samping itu, pengaruh budaya pop dari Eropa dan Amerika Serikat mengalir deras dan berkembang pesat. Berbagai peragaan busana yang ada lebih menampilkan pakaian dengan pengaruh gaya mode dari kota besar di mancanegara. Akibatnya, sebagian besar kaum muda kita menganggap kebaya sudah'ketinggalan zaman' Kebaya akhirnya hanya dianggap sebagai busana tradisional yang hanya ideal untuk dipakai saat upacara pernikahan saja.
Pada tahun 1990, masa keemasan kebaya kembali terulang. Penyebabnya adalah kemunculan para perancang busana muda yang merasa tergugah dan tertarik untuk mengolah bentuk dan gaya unik kebaya dalam rancangan mereka. Sejak masa-masa inilah banyak dibuat berbagai kreasi dan modifikasi yang terilhami oleh bentuk klasik baju kebaya. Hasilnya sungguh luar biasa!
Bila sebelumnya kebaya terbuat dari tenunan serat alami, katun halus atau sutera, kini kebaya dibuat dalam berbagai bahan atternatif lainnya, seperti lace, kain shantung hingga berbagai jenis tenunan yang belum dikenal-di zaman dulu (tenunan serat nanas dan serat pisang). Bahkan, ada juga baju kebaya yang terbuat dari perpaduan unsur dan bahan, seperti logam, kristal, serta beragam manik-manik dan kerang. Ada juga yang dihiasi dengan lukisan tangan dan sebagainya.
Kebaya yang pada masa sebelumnya (bentuknya terkesan 'hanya itu-itu saja') seperti mengalami meTamorfosa menjadi lebih beragam, eksotik, menampilkan keanggunan modern, dan lebih serba guna. Sebagai contoh munculnya gaya kebaya kasual yang bisa dikenakan untuk keperluan sehari-hari, baik bersantai atau pun dalam kesempatan yang setengah formal. Hal ini amat dimungkinkan karena kebaya yang bergaya kasual lebih luwes tergantung pada pemilihan bahan. Kebaya berbahan katun akan lebih nyaman dipakai sehingga cocok untuk sehari-hari. Kebaya model ini akan tampak lebih modis jika dipadukan dengan celana panjang, baik bahan jeans maupun thai silk.
Untuk suasana yang sedikit formal ditampilkan kebaya berbahan organdi berwarna hijau. Seperti pada umumnya kebaya kasual, potongannya pun tidak terlalu panjang dengan hiasan bordir di sekeliling tepinya. Bisa juga diupayakan sedikit bereksperimen dengan memanfaatkan selendang lebar yang dililit seperti kain sebagai pasangan busana kebayanya.
Selain untuk acara-acara formal yang diadakan sesekali, kebaya juga dapat menjadi alternatif untuk busana pada suasana khusus, misalnya untuk dikenakan pada hari Lebaran. Ada beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam pemilihan kebaya untuk momen tersebut, antara lain pemilihan kerudung yang disesuaikan dengan warna kebaya. Agar tampak lebih cantik, kerudung dapat dimodifikasi dengan ditempeli bahan lis atau renda yang diambil dari bahan kebaya. Agar tidak terkesan seksi, model kebaya tidak dibuat sesuai dengan lekuk dan ukuran badan. Hal tersebut menyesuaikan model busana muslim yang tidak
terlalu menonjolkan lekuk lubuh. Bagian lehernya dibuat tidak terlalu lebar dan akan lebih cantik dengan kerah tinggi.
Salah satu faktor lain yang membuat kebaya kini jauh lebih diminati oleh kalangan muda adalah fenomena kemunculan kebaya pesta, yaitu sebuah gaya busana yang menggunakan bentuk dasar kebaya. tetapi diaplikasikan menjadi baju yang memadukan imajinasi etnik tradisional yang unik dengan eksplorasi gaya fashion modern. Salah satunya adalah beragam bentuk kebaya eksotik yang banyak dikenakan sebagai baju idaman yang dikenakan oleh perempuan kita masa kini sebagai busana yang dianggap istimewa pada hari pernikahan mereka.
Kesan kebaya yang sebelumnya terasa tradisional kini telah melompat dalam arena fashion yang bebas dengan merangkai segenap imajinasi, pengolahan bahan, bentuk, gaya, dan fantasi perancang serta pemakainya. Dalam kebaya pesta seperti ini, bisa saja seorang pengantin memakai kebaya (memenuhi unsur tradisi) menggunakan bahan unik tekstil impor dan bahan alternatif lainnya (memenuhi unsur fashion modern) dengan paduan ragam dan gaya yang diilhami busana Eropa. Cina atau apa saja (memenuhi unsur eksplorasi dan imajinasi). Oleh karena itulah, kebaya tidak saja merupakan kekayaan unik ragam busana tradisional, tetapi kebaya juga amat mungkin dikembangkan seluasnya menjadi daya tarik tersendiri sehingga suatu saat nanti mampu tampil di pentas fashion dunia imernaslonal.
IKHTISAR LINTASAN SEJARAH KEBAYA
Dari waktu ke waktu kebaya selalu mengalami perkembangan mode maupun desain. Berbagai ragam ide dan kreativitas dituangkan oleh para perancang busana kebaya untuk menampilkan desain kebaya eksotis, menarik, dan lain dari pada yang lain. Berikut ini perkembangan singkat perjalanan kebaya dari waktu ke waktu.
1. Tahun 1300 - 1600 Masehi
Busana perempuan berupa baju semacam tunik mulai digunakan oleh perempuan Cina pada masa pemerintahan Dinasti Ming.
2. Tahun 1500 - 1600 Masehi
Pakaian seperti kebaya yang dibawa oleh perempuan imigran Cina mulai muncul di wilayah Nusantara dan kemudian berkembang menjadi kebaya encim atau kebaya peranakan. Waktu itu, busana yang menjadi cikal bakal kebaya masih berupa baju atasan berbentuk tunik. berlengan panjang, menutup leher hingga ke lutut. dan berbentuk mtrip baju kurung. Hal ini diduga karena mulai terpengaruh oleh budaya islam.
3. Akhir Tahun 1500-an
Kebaya mulai dikenal sebagai busana khusus oleh anggota keluarga keturunan para raja di Pulau Jawa.
4. Awal Tahun 1800
Bersamaan dengan era penjajahan Belanda, bahan pakaian yang lebih baik seperti beludru.
Berbagai jenis kain sutera dan tenunan halus lainnya mulai muncul menggantikan bahan katun hasil tenunan yang sederhana (kain mori) karena jalur perdagangan tekstil antar negara yang mulai ramai pada masa ini.
5. Awal Tahun 1900
Pada masa ini, kebaya sudah dianggap sebagai busana khas di kalangan masyarakat kelas menengah di Jawa. Bahkan menjadi busana sehari-hari para penyanyi dan mereka yang berada di kalangan ningrat. Di beberapa wilayah keraton Yogyakarta dan Solo misalnya. perempuan dari kalangan ningrat sering mengenakan kebaya dengan dihiasi ornamen sulaman lambang kerajaan.
Di masa ini, kebaya tidak saja digunakan oleh penduduk asli Jawa, tetapi juga dikenakan sebagai busana sehari-hari oleh perempuan peranakan, baik dari keturunan Cina ataupun Belanda.
6. Tahun 1945 - 1960-an
Kebaya sedemikian luas dalam berbagai kesempatan dalam kehidupan rakyat Indonesia sehari-hari. baik di kawasan pedesaan ataupun perkotaan. Bahkan, kebaya telah menjadi identitas busana perempuan Indonesia.
7. Tahun 1970-an
Pengaruh budaya pop yang kuat dari Eropa dan Amerika membuat kibtat dunia mode Indonesia berpaling ke sana. Berbagai tren fashion bermunculan menunjukkan gaya kosmopolitan yang mengikuti arus mode di Eropa dan Amerika.
Kebaya yang oleh kaum muda dianggap sebagai 'busana tradisional; dan mulai dianggap 'ketinggalan mode' sehingga kebaya mulai ditinggalkan. Walau begitu kebaya masih dikenakan pada berbagai acara resmi atau pada upacara resepsi di tengah masyarakat.
8. Tahun 1990 - kini
Kebaya kembali memancing minat masyarakat luas setelah beberapa perancang busana. seperti Dhea Panggabean, Anne Avaniie. dan perancang muda lainnya lainnya merancang kebaya gaya baru yang kini lazim disebut sebagai 'kebaya pesta! Para perancang ini membuat kebaya lebih trendi dengan bentuk yang sangat serasi di badan dan ragam bahan kebaya yang menawan, bahkan menggunakan bahan yang mewah dan mahal seperti sutera organdi, bahan tekstil impor sutera berbagai bahan yang terbuat dari serai alam lainnya.